Semoga fajar enggan datang, ku tak ingin September pergi. Biarlah kupadamkan bintang, agar harapan menjadi satu-satunya penerang. Ah, semoga malam juga enggan datang.
Namun rengkuhan tak mampu menahan temaram yang gelisah ingin pulang. Tiada nyanyian keemasan, lindap ditelan gelap. Malam menyapamu tenang, dan kau pun tersenyum.
Wahai rupawan, ingin kuhentikan saja perjalanan. Takkan kubiarkan pagi datang, biar malam menjadi akhir penantian. Biar kelam menjadi kisah yang kan segera kuselesaikan. Biar tanganmu tetap menjaga jiwa dan ragaku yang kedinginan. Tertidur dalam alunan detak jantungmu, meski semua mulai samar.
Kemudian kau bergumam, kusaksikan rembulan yang tersendat merayap. Meninggalkan malam, menyisakan kabar pada embun yang tergenang.
Dan dalam pelukmu, hangat menghidupkanku.
Dalam air mataku, September pun berlalu..
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteaku dan seja setia menyatu, pada lembayungnya tersembunyi rinduku. bisakah engkau merasakannya? saat sinar jingganya mencium pipimu..bisakah kau rasakan kehangatan hadhirku....
ReplyDeleteaku hanya secangkir senja, pada sebuah persinggahan kehidupanmu
Yang ini yang paling dalam. Update lagi ya puisinya, kakak..
ReplyDeleteseindah bingkisan yang kau kirimkan pada dada maya...
ReplyDelete